Pengertian Remaja
Remaja dalam pengertian umum
diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini
tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan
remaja adalah: (1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2)
Muda (tentang anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.
Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang
ditempuh oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti
lain sebuah situasi yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa
remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun.
Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat
(1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini
remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986:
98) yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak
menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari
remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri
terdidik. Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama
konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga
membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.
Beberapa defenisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa atau periode
menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur berkisar antara 13-18
tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki permasalahan
yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian remaja dapat dilihat pada
ciri-ciri remaja dalam berbagai sudut pandang berikut ini :
Ciri-Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi
usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990:
638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi
dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi
akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
1). Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual
yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan,
mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau
sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti
perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
2). Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat
yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita
perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah
dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala
identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.
3). Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang
lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’
malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin
sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan,
kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila
kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan
konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya.
Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di
sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang
dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada
masa remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada
permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan
jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis,
jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami
pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan
kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan
phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak,
ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis
yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak
sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut
gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat
luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua
untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung
pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir
umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta,
persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini
biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain
dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama
moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian
pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki
keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri
dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang
sudah hampir masuk dewasa.
Perkembangan Remaja dan Aspek-Aspeknya
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat
pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja
pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam monks, 2002:16) berpendapat
bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek lain
yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika
perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan
psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik terhambat
sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa.
Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam Elisabet,1999:117)
menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekiyar usia
11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan
kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya
berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai
pematangan pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir
(reasoning dan thinking) berkembang secara maksimum. Setelah potensi
perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami
perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada tahap perkembangan
selanjutnya.
Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum
mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang
dewasa. Namun, hal itu tidak berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja
dengan penalaran formal (formal reasoning) sama baiknya dengan
pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara potensial sudah
tercapai.
Perkembangan Emosi Remaja
Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah
efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan orang lain pada
khususnya. Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di
butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan
stimulus yang di hadapinya.
Prawitasari (dalam Zailani, 1887:85) mengembangkan alat pengungkap
emosi dasar manusia berupa foto-foto sebagai ekspresi wajah dari
berbagai model dasar manusia yaitu : senang, sedih, terkejut, jijik,
marah, takut dan malu.
Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak
mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalnya orang yang marah
seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat individual atau subjektif, tergantung pada kondisi pribadi masing-masing orang.
Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk higtened
emotionality atau meningkatkan emosi yaitu kondisi emosinya berbeda
dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa
sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada nafsu
makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan
diri membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih
dijumpai beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir,
cemas, jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi,
atau rasa kasih sayang dan perasaan bahagia.